Analisis Aitem - Skala Orientasi Kebehagiaan Peterson dkk
Journal of Happiness Studies-Vol.6 2005 p. 25-41
Springer - DOI 10.1007/s10902-004-1278-z
ORIENTATIONS TO HAPPINESS
AND LIFE
SATISFACTION: THE FULL LIFE
VERSUS THE EMPTY LIFE
C.
Peterson, N. Park and Martin E.P. Seligman*
Department
Of Psychology University Of Michigan
Penelitian
ini dilakukan melalui internet kepada 845 responden dewasa, untuk melihat
perbedaan orientasi menuju kebehagiaan yang dihubungkan dengan kepuasan hidup. Kepuasan
hidup diukur melalui tiga cara berbeda menuju kebahagiaan : melalui Kesenangan/kenikmatan
(Pleasure), melalui Kebermaknaan (Meaning) dan melalui Keterikatan/keterhanyutan
(Engagement). Masing-masing dari tiga
orientasi ini secara individual memprediksi kepuasan hidup seseorang. Jika
nilai ketiga orientasi rendah, maka kepuasan hidup juga rendah. Hasil
penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan antara kehidupan yang utuh/penuh
dengan kehidupan yang hampa/kosong.
KONSTRAK TEORITIK : Orientation
to Happiness (Orientasi
Menuju Kebahagiaan) berdasarkan Teori Kebahagiaan Otentik dari Martin Seligman.
Orientation to Happiness (orientasi
menuju kebahagiaan) merupakan preferensi (kemungkinan/selera/alternatif)
seseorang untuk mencapai kebahagiaan.
ASPEK KEPERILAKUAN : Orientasi
menuju kebahagiaan (Orientation to
Happiness) dibagi dalam tiga asepk atau faktor/orientasi yaitu :
1. Pleasure (Kesenangan/Kenikmatan)
2. Meaning (Kebermaknaan/keberartian)
3. Engagement
(Keterlibatan/keterikatan).
Orang
yang berorientasi hanya pada pleasure atau atau kenikmatan akan fokus pada mencari kesenangan. Bagi
mereka, kebahagiaan itu adalah mencapai kesenangan atau kenikmatan. Aspek meaning
atau kebermaknaan menunjukkan kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu
karena sesuatu yang dilakukan itu bermakna bagi dirinya atau lebih berarti bagi
dirinya. Kebahagiaan bagi mereka adalah ketika mereka mendapat atau melakukan
sesuatu yang bermakna dan berarti dalam hidup. Sedangkan orientasi terhadap
aspek engagement atau
keterlibatan, akan fokus pada melibatkan diri dalam aktivitas yang sesuai
dengan minat dan kompetensi. Bagi mereka, kebahagiaan adalah menikmati dan
hanyut dalam suatu aktivitas dengan keterlibatan penuh dalam aktivitas itu
Doktrin
tentang hedonisme menurut
Aristuppus (Filsuf Yunani kuni 435-366) sebenrnya memberi arti bagi kesenangan.
Konsep ini lalu dikembangkan oleh Epicurus yang berpendapat bahwa kewajiban
dasar kita adalah untuk mengembangkan pengalaman yang menyenangkan.
Orientasinya adalah kesenangan (pleasure).
Kebahagiaan adalah sesuatu yang menyenangkan. Namun kemudian, para filsuf
Kristen membantah doktrin hedonisme dengan
mengatakan bahwa tujuan kebahagiaan bukan kesenangan semata. Walau demikian, filsuf
Inggris David Hume dan J. Bentham, menggunakan doktrin hedonisme sebagai dasar bagi konsep mereka akan orientasi
kebahagiaan yakni utilitarianisme,
(kebahagiaan adalah apa yang berguna). Hedonisme
kemudian dipakai dalam psikologi hedonisme yang berpendapat bahwa kesenangan
adalah cara yang digunakan untuk mecapai kepuasan hidup. Inti konsep Hedonisme
mengartikan kebahagiaan sebagai sesuatu yang menyenangkan atau hadirnya suatu
perasaan positif seperti gembira, senang, antusias, suka nikmat dll.
Sedangkan
konsep eudemonia (Aristoteles)
mengartikan kebahagiaan sebagai jalan utama mencapai hidup yang baik melalui
tindakan yang bermakna. Jadi menurut konsep eudaimonia, kebahagiaan dapat
dicapai bukan dengan kesenangan semata namun dengan melakukan berbagai hal yang
bermakna, (meaning). Intinya
adalah bahwa semua tindakan yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain
dapat dikatakan memiliki makna dan makna inilah yang memunculkan perasaan
positif. Usaha untuk mengejar kehidupan yang bermakna adalah cara untuk
mencapai kepuasann hidup. Tradisi psikologi Positif yang berbeda membahas kedua
persoalan ini, (hedonisme dan eudemonia). Inti pembahasannya adalah bahwa kedua
hal ini, yakni pleasure-kesenangan
dan mening-kebermaknaan adalah cara
mencapai kehidupan yang lebih baik.
Kontribusi
lain dari orientasi menuju kebahagiaan adalah keterlibatan/keterikatan (engagement) yang didasarkan pada pendapat
Csikszentmihalyi tentang Flow
(aliran/arus), keadaan psikologis dengan aktivitas yang menarik. Engegament menghasilkan suatu
kondisi yang dinamakan Flow. Flow adalah kondisi di mana seorang
sangat hanyut dalam suatu aktivitas sehingga seakan tak ada hal lain yag
bisa mengganggu perhatiannya. Flow menghasilkan
sensasi yang luar biasa ketika melakukan suatu aktivitas dengan keterlibatan (engagement) total dan konsentrasi penuh.
Intinya adalah bahwa ada aktivitas tertentu yang bisa membuat seorang hanyut di
dalamnya dan dalam keterhanyutan itu, orang bisa merasakan kebahagiaan.
INDIKATOR KEPERILAKUAN
: Tidak ada.
KISI-KISI/BLUE PRINT : Terdapat dalam pokok bahasan secaha implisit.
PENULISAN AITEM :
Sebelum
diujicoba, jumlah aitem orientasi menuju kebahagiaan (Orientation to Happiness) dalam pengembangan awal instrumen
penelitian terdiri dari 36 aitem yang terbagi dalam 12 aitem tiap aspek. Selanjutnya,
36 aitem ini diujicoba pada 180 responden. Dalam skala ini, subyek/responden
diminta untuk menjawab tingkat kesepakatan mereka dalam 5 point tingkatan : 1 =
Sangat tidak sesuai dengan diri saya & 5 = Sangat sesuai dengan diri saya)
pada setiap aitem. Didasarkan pada skala Likert. Pengukuran orientasi
kebahagiaan ini dilakukan lewat internet. Dari hasil analisis aitem awal,
diperoleh hasil bahwa ketiga orientasi kebahagiaan itu dapat dibedakan satu
sama lain namun tetap memiliki keterkaitan.
Untuk
lebih membedakan lagi ketiga aspek itu, maka dipililah 6 aitem dari tiap aspek
yang memiliki nilai tertinggi, sehingga total aitem menjadi 18 aitem yang sudah
direvisi. Kamudian, 18 aitem itu diukur bersamaan dengan pertanyaan demografis
pada 845 responden untuk mencari hasil perbedaan orientasi kebahagiaan.
ANALISIS AITEM
Tidak
ada apendix (lampiran) untuk 36 aitem yang dibuat awal dan 18 aitem yang sudah
dipilih dari hasil uji coba. Yang ada hanya tabel hasil pengukuran dan seleksi
aitem, di mana setiap aitem sudah dibagi/dikelompokan dalam masing-masing
aspek.
Life of Meaning : Aspek meaning atau kebermaknaan/keberartian
menunjukkan kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu karena sesuatu yang
dilakukan itu bermakna bagi dirinya atau sangat berarti bagi dirinya.
Kebahagiaan bagi mereka adalah ketika mereka mendapat atau melakukan sesuatu
yang bermakna dan berarti dalam hidup.
02. My
life serves a higher purpose
(Hidup saya melayani tujuan yang lebih
tinggi - Hidup saya dijalankan untuk tujuan yg lebih tinggi)
05. In
choosing what to do, I always take into account whether it will benefit other
people.
(Dalam memilih apa yang harus dilakukan,
saya selalu mempertimbangkan apakah hal itu akan membawa keuntungan bagi orang
lain)
11. I
have a responsibility to make the world a better place.
(Saya memiliki tanggung jawab untuk
membuat segala sesuatu/dunia menjadi tempat yang lebih baik.
12.
My
life has a lasting meaning.
(Hidup saya memiliki makna abadi/kekal)
14. What
I do matters to society.
(Apa yang saya lakukan penting bagi
orang lain/masyarakat)
17. I
have spent a lot of time thinking about what life means and how I fit into its
big picture
(Saya telah menghabiskan banyak waktu
memikirkan tentang arti hidup dan bagaimana saya menyesuaikan diri dengan
gambaran yang besar)
§ Aitem-aitem
yang ada pada aspek meaning
menggunakan bahasa yang sederhana, jelas dan mudah dipahami responden.
§ Aitem
tersebut tidak menimbulkan penafsiran ganda atas istilah yang digunakan
§ Aitem-aitem
ini ditulis berdasarkan aspek yang sudah ditentukan yakni meaning (kebermaknaan/keberartian) yang tidak langsung berkaitan
dengan atribut yang diukur.
§ Tidak
mengandung social desirability.
§ Tidak
ditemukan aitem dengan arah unfavorable
khusus pada aspek ini.
Life of Pleasure: Orang yang
berorientasi hanya pada pleasure atau
kenikmatan akan fokus pada mencari kesenangan. Bagi mereka, kebahagiaan itu
adalah mencapai kesenangan atau kenikmatan dalam hidup. Ketika mereka merasa
sudah mencapai kesenangan/kenikmatan, disitulah mereka merasa bahagia.
03. Life
is too short to postpone the pleasures it can provide.
(Hidup ini terlalu singkat untuk menunda
kesenangan yang bisa diberikan)
08. I go
out of my way to feel euphoric.
(Saya keluar dari cara/jalan saya
sendiri untuk merasakan euforia)
13. In
choosing what to do, I always take into account whether it will be pleasurable
(Dalam memilih apa yang harus dilakukan,
saya selalu memperhitungkan apakah akan membawa kesenangan)
15. I
agree with this statement: ‘‘Life is short – eat dessert first.’’
(Saya setuju dengan pernyataan ini:
“Hidup itu singkat - nikmatilah terlebih dahulu’’)
16. I
love to do things that excite my senses.
(Saya suka melakukan hal-hal yang
membangkitkan perasaan/indra saya)
18. For
me, the good life is the pleasurable life.
(Bagi saya, hidup yang baik adalah hidup
yang menyenangkan)
§ Aitem-aitem
yang ada pada aspek pleasure menggunakan
bahasa yang sederhana, jelas dan mudah dipahami responden.
§ Aitem
no.15 mengandung kiasan. Hal ini bisa menimbulkan penafsiran ganda atas istilah
yang digunakan.
§ Aitem-aitem
ini ditulis berdasarkan aspek yang sudah ditentukan yakni pleasure (kesenangan/kenikmatan) dan tidak langsung berkaitan
dengan atribut yang diukur.
§ Tidak
mengandung social desirability.
§ Khusus
pada aspek ini, empat aitem mengandung arah favorable,
sedangkan satu aitem yakni, aitem no. 3 dan 8,
mengandung arah unfavorable.
Life of Engagement : Orang
yang selalu berorientasi hanya pada aspek engagement
atau keterlibatan/keterikatan/leterhanyutan, akan fokus pada melibatkan
diri dalam aktivitas yang sesuai dengan minat dan kompetensi. Bagi mereka,
kebahagiaan adalah menikmati dan hanyut dalam suatu aktivitas dengan
keterlibatan penuh dalam aktivitas itu.
01.Regardless
of what I am doing, time passes quickly.
(Terlepas dari apa yang saya lakukan,
waktu berlalu begitu cepat)
04. I seek out
situations that challenge my skills and abilities.
(Saya mencari situasi yang menantang
kemampuan dan kesanggupan saya)
06. Whether at
work or play, I am usually ‘‘in a zone’’ and not conscious of myself.
(baik di tempat kerja atau tempat
bermain, saya biasanya berada pada zona aman dan tidak sadar akan diri saya)
07. I am
always very absorbed in what I do.
(Saya selalu hanyut/asyik pada
apa yang saya lakukan)
09. In
choosing what to do, I always take into account whether I can lose myself in
it.
(Dalam memilih apa yang harus
dilakukan, saya selalu mempertimbangkan apakah saya bisa kehilangan diri
didalamnya)
10. I am
rarely distracted by what is going on around me.
(Saya
jarang terganggu oleh apa yang terjadi disekitar saya)
§ Aitem-aitem
yang ada pada aspek engagement menggunakan
bahasa yang sederhana, jelas dan mudah dipahami responden.
§ Kalimat
aitemnya tidak menimbulkan penafsiran ganda atas istilah yang digunakan.
§ Aitem-aitem
ini ditulis berdasarkan aspek yang sudah ditentukan yakni engagement (keterikatan/keterhanyutan) dan tidak langsung berkaitan
dengan atribut yang diukur.
§ Tidak
mengandung social desirability.
§ Pada
aspek engagement ini, aitem no.4
mengandung arah unfavorable,
sedangkan aitem yang lain mengandung arah favorable.
KESIMPULAN
Alat
ukur orientasi kebahagiaan yang dibuat Peterson dkk ini perlu dikembangkan lagi
khususnya dengan membuat indikator keperilakuan yang lebih detail, agar
stimulus dan pilihan jawaban tetap relevan dengan tujuan pengukuran. Selain
itu, perlu juga dibuat kisi-kisi atau blue print dan paling tidak ada beberapa
aitem dari ketiga aspek yang menggambarkan arah unfaforable, guna menghindari stereotip jawaban dari responden.
Daya beda dari setiap aitem harus kuat dan jelas.
Kepuasan
Hidup : Diukur menggunakan skala Kepuasan & Hidup oleh Dienner dkk 1985
dengan tingkat kesepakatan 1-7, (Lampiran B).
Satisfaction
With Life Scale (SWLS) : E. Dienner., Emmons., R.A Larssen., & S. Griffin
(1985) : Digunakan untuk mengukur kepuasan kehidupan
responden secara menyeluruh, bukan salah satu bagian saja. Kepuasan hidup
sebagaimana diukur lewat SWLS menunjukkan tingkat stabilitas tinggi dan tetap.
KEPUASAN
HIDUP (Life Satisfaction) : Diukur
menggunakan skala Kepuasan & Hidup oleh Dienner dkk 1985 dengan tingkat kesepakatan
1-7
·
7 – Strongly Agree (Sangat Setuju)
·
6 – Agree (Setuju)
·
5 – Slightly Agree (Sedikit Setuju)
·
4 – Neither Agree nor Disagree (Tidak
Setuju)
·
3 – Slightly Disagree (Sedikit Tidak
Setuju)
·
2 – Disagree (Tidak Setuju)
·
1 – Strongly Disagree (Sangat Tidak
Setuju)
Scoring
:
·
31 – 35 :
Extremely Satisfied (Sangat Puas)
·
26 – 30 :
Satisfied (Puas)
·
21 – 25 :
Slightly Satisfied (Sedikit Puas)
·
20 :
Neutral (Seimbang/Netral)
·
15 – 19 :
Slightly Dissatisfied (Sedikit Tidak Puas)
·
10 – 14 :
Dissatisfied (Tidak Puas)
·
5 – 9 :
Extremely Dissatisfied (Sangat Tidak Puas)
Hasil analisis korelasi
antara Life Satisfaction (Kepuasan
hidup) Happiness (Kebahagiaan) dan the three subscales of orientation to
happiness (tiga dasar orientasi kebahagiaan) menunjukkan bahwa kepuasan
hidup dan kebahagiaan memiliki korelasi yang signifikan dengan tiga orientasi
kebahagiaan.
Kebahagiaan
Subyektif : Menggunakan skala Kebahagiaan subyektif dari
Lyumbomirsky & Leppers (1999), dengan tingkat kesepakatan 1-7, (Lampiran
C).
Skala di atas diberikan
kepada mahasiswa yang sudah dikelompokan yakni mahasiswa tahun ke dua pada
program Sarjana di jurusan Psikologi dan dan mahasiswa tahun ke 3 pada program
Diploma di Skolah Turis. Mahasiswa dikumpulkan di kelas dan mulai menjawab
aitem2 dalam skala tersebut. Waktu pengerjaan kurang lebih 15 menit.
Untuk Menguji mana dari
3 jenis orientasi menuju kebahagiaan yang sering digunakan untuk memprediksi
kepuasan Hidup mahasiswa menggunakan analisis regresi linear, di mana semua
variabel disertakan bersama.
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Orientasi untuk mencapai kebahagiaan yang paling sering
digunakan responden adalah Kesenangan/Kenikmatan (Pleasure), Kebermaknaan/Maksud (Meaning)
dan diikuti Perjanjian/Keterikatan (Engagement)
Komentar