“Rakyat Makmur, Alam Hancur“


(Refleksi atas Eksploitasi Mangan yang berlebihan)

I.       Pegantar.

Sebuah anugerah terindah dari Allah untuk manusia, tidak lain dan tidak bukan adalah Alam. Darinya dan di dalamnya manusia hidup. Dengan segala pernak-perniknya, Allah mendandani alam sehingga menjadi begitu indah. Keindahan alam dapat dikatakan merupakan gambaran dan rupa Allah sendiri yang diwujudnyatakan bagi manusia, sebagai penyempurnaan bagi makhluk ciptaan lain. Manusia itu sendiri adalah ciptaan Allah. Dalam kisah penciptaan, manusia secara langsung mendapat suatu kedudukan yang istimewa dari semua makhluk ciptaan lain.
Namun dibalik semuanya itu, terdapat tanggung jawab besar yang patut dilaksanakan. Allah memberikan manusia kuasa untuk menggunakan, merawat dan memelihara ciptaan lain lewat pengetahuan, akal budi dan kehendak bebas yang tidak dimiliki makhluk lainnya. Namun manusia sendiri, yang telah diberi kuasa itu, sepertinya tidak melakukan seperti apa yang dikehendaki Allah sendiri. Perlahan kita mulai cuek dan masa bodoh atas apa yang dikehendaki Allah itu terhadap alam. Minimnya dioalog intim antara manusia dan alam, ternyata membuka jurang pemisah antara manusia dengan Sang Pencipta itu sendiri. Disamping itu, ketidaksadaran manusia akan tugas dan tanggung jawab yang diembannya, membuat manusia lupa akan eksistensinya sebagai makhluk paling mulia dari semua makhluk hidup lainnya. Secara
Sebenarnya kasih dan cinta Allah nyata dalam alam itu sendiri. Darinya manusia dapat menimba rahmat serta anugerah berlimpah yang diberikan Allah. Alam dapat dimanfaatkan menusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Allah memberikan manusia alam dengan segala kelimpahannya, supaya dari situ manusia dapat menikmatinya demi tercapai kehidupan yang sejahtera. Namun perlu diingat bahwa segala yang telah disediakan Allah di dalam alam, tidak boleh hanya dipergunakan saja, tetapi juga harus dipelihara. Manusia bisa menggunakan segala yang ada dari alam, tetapi manusia juga harus berusaha agar apa yang diambil atau dieksploitasi dari alam, tidak saja habis terpakai. Kalau saja hal ini sampai terjadi, maka sudah tentu alam tidak akan terjaga dan terpelihara dengan baik. Manusia memang makmur tapi Alam akan hancur. Alam tidak pernah menghancurkan kita. Kitalah yang menghancurkan diri kita sendiri oleh karena perlakuan kita terhadap alam yang semena-mena. Karena itu dibutuhkan suatu kesadaran diri yang kuat dari setiap kita manusia, sehingga semua ciptaan Allah (alam) tidak rusak dan hancur oleh karena ketamakan kita.
Secara lebih ekstrim, dapat dikatakan bahwa manusia adalah otak permasalahan kerusakan alam yang terjadi. Semua itu dilakukan manusia hanya untuk memenuhi kebutuhannya tanpa memikirkan resiko-resiko yang akan terjadi bila semua yang dimanfaatkan tidak dibaharui atau dipelihara. Manusia tidak menggunakan akal budi dan kehendak bebas yang diberkian Allah secara bijaksana. Kalau seandainya manusia menggunakannya secara bijak, maka alam pasti akan terpelihara dengan baik. Alam tidak mungkin akan hancur. Namun realita barkata lain. Alam sekarang telah hancur oleh ketamakan manusia yang tak terbendungi. Inilah yang mempertegas fakta bahwa manusia tidak mempergunakan akal dan kehendak bebasnya secara baik dan benar.
II.    Korelasi Alam, Allah dan Manusia.

Allah itu Sang Pencipta segala sesuatu yang ada. Dialah Maha Pencipta. Dari Dialah segala sesuatu yang baik hadir dan memberi nuansa tersendiri. Manusia, alam dan makhluk hidup lainnya berasal dari Sang Pencipta. Dan karena semuanya berasal dari Allah, maka ada perbedaan yang sangat jauh antara Pencipta dan yang diciptakan. Dan hal ini memang jelas. Bahwa yang diciptakan tidak akan mampu melakukan seperti apa yang telah dilakukan Sang Pencipta.
Allah menciptakan segala sesuatu karena kuasa-Nya yang besar. Ke-Mahakuasaan-Nyalah yang menjadikan segala sesuatu ada. Namun dalam proses penciptaan itu, Allah tidak hanya menggunakan ke-Mahakuasaan-Nya, tetapi juga melakukannya atas dasar cinta dan kasih yang tulus. Maka munculah satu gelar lagi bagi Allah yaitu Maha Kasih. Allah adalah Maha Kasih, sebab Allah sendirilah Kasih itu. Karena kasih Allah inilah maka segala yang tercipta menjadi sempurna. Semua yang diciptakan berasal dari kasih Allah sehingga ciptaan pun memiliki kasih itu sendiri.
Alam dan segala yang ada dan hidup didalamnya adalah bentuk nyata dari kasih Allah itu. Alam adalah aset tak ternilai harganya. Alam adalah tempat segala ciptaan lainnya hidup. Darinya segala ciptaan dapat mempertahankan hidup. Khususnya untuk manusia, alam merupakan rumah tinggal utama. Alam terberi untuk manusia dengan segala kelimpahannya. Segala kekayaan alam “diperuntukan” bagi manusia. Dari kelimpahan alam itu, manusia dapat mereguk cinta dan kasih Allah. Alam adalah tempat dimana manusia dapat memuji dan mengagungkan kebesaran dan kasih Allah. Seluruh alam semesta adalah buah karya Allah. Manusia dapat menemukan Allah di dalam alam.
Dalam kisah penciptaan dapat dilihat bagaimana langit dan bumi beserta isinya (alam) dibentuk dengan sangat rapi, teratur, begitu sempurna dan mengagumkan. Sungguh indah Kuasa Allah ini. Demikian Allah mendandani alam dengan begitu indah karena Dia sendiri tidak menginginkan kalau apa yang diciptakan-Nya (alam) tidak bermanfaat atau berguna bagi kelangsungan hidup manusia. Karena itulah maka disetiap akhir penciptaan-Nya, Ia selalu mengatakan bahwa semuanya baik adanya. Itulah alam yang indah, subur dan kaya.
Setelah Allah menciptakan dan membuat alam menjadi begitu menarik dan indah, maka mulailah Allah menciptakan “penguasa“ atas segala sesuatu yang telah diciptakan. Maka diciptakanlah manusia yang secitra dengan-Nya. Allah memang Maha Kasih. Ini terbukti lewat penciptaan manusia yang begitu istimewa. Ada hal menarik yang dapat direfleksikan dari kisah penciptaan manusia ini. Kita lihat, mengapa Allah menciptakan manusia paling terakhir? Pertanyaan ini dapat dijelaskan demikian. Allah sungguh bijaksana. Kebijaksanaan-Nya nyata lewat kasih yang tak ternilai bagi manusia. Dengan kasih dan kebijaksanaan-Nya, Ia menciptakan lebih dahulu segala sesuatu yang diperlukan, barulah Ia menyuruh manusia menggunakannya dengan bijaksana dan bertanggung jawab . Ia menyediakan “rumah“ terlebih dahulu kepada manusia barulah Ia mempersilahkan manusia masuk dan menghuninya. Di tidak hanya menciptakan manusia begitu saja. Tapi Ia lebih dahulu mempersiapkan apa yang diperlukan manusia. Di sini jelas terlihat bahwa Allah lebih mengutamakan manusia dari pada alam. Allah secara terang membuat perbedaan dalam cara menciptakan alam dan manusia. Manusia diciptakan menurut citran-Nya, sedangkan alam tidak. Manusia diberi nafas kehidupan sedangkan alam tidak. Manusia juga diberi kehendak bebas, hati nurani dan akal budi tetapi alam tidak. Manusia diciptakan untuk bertanggung jawab atas keberadaan alam. Alam diciptakan sebagai sarana pemenuhan kebutuhan hidup manusia. Lalu apa yang akan kita buat? Karena itu alam harus dipelihara, dijaga dan dirawat sehingga kebutuhan hidup manusia tetap terpelihara utuh dan dapat dimanfaatkan terus-menerus.
Dari uraian singkat diatas, dapat dikatakan bahwa antara Allah, alam dan manusia punya relasi yang sangat erat. Keterkaitan tiga elemen penting ini dapat diumpamakan seperti seorang tuan pesta yang mengadakan sebuah pesta. Tuan pesta adalah Allah sendiri. Alam adalah ruangan atau tempat pesta itu. Dan para tamu adalah manusia. Tuan pesta yang baik akan mempersiapkan tempat pesta yang memungkinkan para tamu untuk dapat berbahagia di dalamnya. Karena itu Allah menciptakan alam dengan segala keindahannya sehingga manusia dapat berbahagia dan merasa nyaman di dalamnya. Namun terkadang alam dirusak manusia oleh ketamakan yang berlebihan. Hal ini serupa dengan para tamu undangan yang terkadang membuat onar dengan merusak suasana pesta. Inilah yang membuat si tuan pesta menjadi kecewa dan sedih. Begitu pila denga Allah. Terkadang Ia juga sedih dan perihatin dengan keadaan manusia yang senantiasa menggunakan alam dengan tidak bertanggung jawab.
Inilah relita yang ada antara Allah, alam dan manusia. Allah telah memberi kita tempat yang indah yaitu alam yang subur. Allah telah memberikan kita suatu tempat yang indah dan nyaman untuk dihuni. Kasih Allah sangat nyata dalam alam. Sekarang kita cukup membalas kebaikan Allah dengan menjaga dan melestarikan alam. Kita diciptakan bukan saja untuk menguasai alam ini dengan menggunakannya sesuka hati tetapi manggunakannya secara wajar, bijaksana, dan bertanggung jawab. Kita perlu ingat bahwa ketika seorang melihat alam dan hatinya bersuka cita karenanya, maka sebenarnya pada saat itu Allah sedang menyapanya. Sebab bagaimana mungkin dalam alam yang hancur Allah menyapa kita?

III.  Mencintai Alam Sama Dengan Mencintai Diri Sendiri.

Alam dapat dikatakan sebagai kehidupan manusia itu sendiri. Dikatakan demikian karena manusia berasal dari alam itu sendiri yakni dari tanah. Karena itu manusia memiliki hubungan yang sangat erat dengan alam. Namun, yang menjadi persoalan ialah sejauh manakah manusia telah mencintai alam ataukah manusia seakan-akan “buta“ bahkan tidak peduli terhadapnya? Hal inilah yang menjadi sorotan utama dan perblematika yang patut mendapat perhatian kita saat ini, mengingat bahwa rusaknya alam dan lingkungan sekitar saat ini, sebenarnya adalah ulah dari ketidak-peduliaan dan ketidak-cintaan manusia terhadap alam itu sendiri.
Manusia dan alam tidak dapat hidup terpisah satu dengan yang lainnya. Manusia membutuhkan alam untuk kelangsungan hidupnya. Begitupun sebaliknya, alam membutuhkan uluran tangan manusia demi keberlagsungan hidupnya. Ini adalah suatu teori yang dapat dikatakan benar dan tepat, namun apakah manusia itu menghargaai, merawat dan memelihara serta mencingtai alam seperti yang telah disebutkan diatas atau manusia hanya berteori saja. Manusia diberi kuasa oleh Tuhan bukan  untuk menghancurkan alam tetapi melestarikan, menjaga, memelihara, merawat dan mencintai alam seperti manusia mencintai dirinya sendiri. Kita manusia berasal dari alam. Kalau kita mencintai alam, itu berarti kita juga mencintai diri kita sendiri. Kalau kita menjaga, merawat dan memelihara alam dengan baik, itu berarti kita juga telah melakukannya untuk diri kita sendiri.
Manusia sekarang ini, hidup dengan persaingan-persaingan. Persaingan inilah yang senantiasa membuat manusia merasa tidak puas dengan apa yang telah dimiliki, karena itu manusia akhirnya mengorbankan segala sesuatu dan menghalalkan segala cara, untuk kepuasan diri dan kepentingan diri sendiri. Dan salah satu korban ketidakpuasan manusia adalah alam. Alam tidak lagi dipandang sebagai anugerah dari Allah, melainkan sebagai lahan persaingan dan sebagi tempat untuk mendapatkan sesuatu yang lebih. Kalau begini, kita dapat melihat bagaimana alam begitu menderita. Ia menderita karena ulah kita mnusia-manusia yang dengan ketamakan mengembil tanpa batas segala sesuatu yang dikandungnya. Alam menderita karena kita tidak merawat dan memeliharanya lagi tetapi membuatnya menjadi rusak dan tercemar. Alam merasa dirinya sebagai tempat persaningan “kerakusan” dan ketidakpuasan manusia yang tak pernah merasa puas dengan apa yang dimiliki. Lihat saja penggalian hasil-hasil bumi khususnya batu mangan yang sementara marak-maraknya di wilayah kita ini. Memang secara ekonomis, ada baikna juga manusia mengambil hasil alam untuk pemenuhan hidup.sebab dari situ, kebutuhan ekonomi dapat teratasi dan tentunya manusia itu dapat sejahtera. Namun perlu diningat bahwa eksploitasi yang berlebihan harus dibatasi. Jangan mengambil lebih dari yang telah ditargetkan, karena akan berdampak buruk dikemudian hari.
Sebagai manusia beriman, kita perlu ingat bahwa alam adalah “diri kita sendiri”  yang harus dijaga, dirawat dan dipelihara sebaik mungkin. Dan tidaklah banyak yang perlu kita lakukan untuk memelihara alam ini. Cukup saja dengan mengguakan atau mengeksploitasi segala hasil alam secara bijaksana dan bertanggung jawab. Dengan begitu maka kita telah melakukan apa yang dikehendaki Allah. Dengan melakukan sesuai apa yang dikehendaki Allah, berarti kita mencintai Allah. Kalau kita mencintai Alam maka kita mencintai diri kita sendiri dan terlebih kita mencintai Tuhan.

IV. Realita yang Menjadi Persoalan
Seluruh hasil atau kekayaan alam, baik itu menyangkut tumbuh-tumbuhan (flora), segala jenis hewan (fauna) dan pelbagai jenis hasil alam lainnya berupa barang-barang tambang atau barang galian, diciptakan Alla dengan sangat baik, dengan begitu indah dan mempesona. Semuanya itu, begitu elok dan sangat menyenangkan hati. Namun siapa saja tentu sepakat dan juga mengakui bahwa semua keindahan dari tatanan kosmos saat ini telah mengalami keterpurukan dan kehancuran oleh tangan manusia yang dan tidak bertanggung jawab. Alam saat ini telah hancur dan rusak oleh karena manusia ingin menyejahterakan hidupnya dengan mengambil segala kekayaan alam secara berlebihan.
 Disini saya mau mengangkat contoh eksploitasi mangan yang sekarang sedang marak diperbincangkan. Mangan adalah salah satu kekayaan alam dalam tanah atau dapat dikatakan suatu barang tambang yang memiliki pengaruh cukup besar saat ini untuk berbagai macam hal dan kebutuhan hidup lainnya. Mangan adalah suatu sumber daya alam yang akan habis kalau dieksploitasi secara berlebihan dan tidak dibatasi. Karena itu, kelestarian eksistensi mangan perlu mendapat perhatian khusus dari semua pihak. Kalau penambangan mangan tidak diperhatikan secara baik, maka tentu akan timbul banyak sekali persoalan-persoalan yang tidak diingnkan. Kita dapat melihat berbagai persoalan yang muncul belakangan ini, yang erat kaitannya dengan penambangan mangan. Saya ambil contoh akibat penambangan mangan yang berlebihan di berbagai tempat di NTT ini, sebut saja di Timor, banyak sekali kebun-kebun telah telah berubah menjadi tempat penambangan. Masyarakat NTT yang pada umumnya berprofesi sebagai petani ladang, kini berpindah profesi menjadi “tukang gali dan kumpul mangan”. Memang secara ekonomis memberikan keuntungan yang lebih. Namun sebenarnya ada hal buruk lain yang akan timbul yakni lahan perkebunan itu akan hancur kalau tidak diperhatikan atau dibaharui kembali. Selain itu, kita tahu bahwa batu mangan ini memiliki kandungan racun yang sangat membahayakan manusia. Kalau orang yang menggali atau yang mengumpulkan mangan tidak diberi pengetahuan akan hal ini atau tidak mengetahui hal ini, jelaslah bahwa ia pasti akan mendapatkan kecelakaan yang dapat merenggut nyawanya sendiri. Kita dapat melihat di setiap surat kabar yang selalu menampilkan berita tentang penambang batu mangan yang tewas tertimbun tanah saat melakukan penggalian dan ada juga yang mati karena keracunan gas dan sebagainya. Inilah dampak yang negatif dari penabangan mangan yang dilakukan secara berlebihan dan tidak bertanggung jawab.
 Batu mangan, memang memberikan keuntungan yang lebih sehingga masyarakat kita lebih banyak memilih untuk menjadi pengumpul mangan dari pada berkebun atau bertani. Kalau penambangan mangan itu memiliki surat izin tambang yang jelas, maka masyarakat tentu tidak akan dirugikan karena lahan atau tanah mereka yang menjadi sasaran penambangan akan mendapat pembaharuan kembali oleh pihak yang bertanggung jawab. Taraf hidup masyarakat akan terangkat dengan adanya batu mangan ini. Masyarakat akan sejahtera dan kebutuhan ekonomi keluarga akan terpenuhi. Namun ternyata ada juga suatu kenyataan yang tidak bisa dielakan, yaitu bahwa ada begitu banyak tempat atau lokasi penambangan mangan yang ilegal. Kita dapat melihatnya di surat kabar yang selalu menampilkan begitu banyak tempat ilegal dari penambangan mangan. Para pengusaha dengan sembunyi-sembunyi memanfaatkan kesempatan ini untuk memperoleh keuntungan yang berlipat ganda. Disini masyarakat memeng memperoleh keuntungan tetapi tidak seberapa. Para pengusahalah yang memperoleh keuntungan besar. Karna itu, sacara pribadi saya mau mengatakan demikian. Penambangan batu mangan sangat baik dilakukan karena dapat menaikan taraf hidup masyarakat. Masyarakat NTT pada umumnya masih hidup dibawah garus kemiskinan. Untuk itu dengan adanya batu mangan ini, sekiranya kesejahteraan dan kebutuhan hidup masyarakan dapat terpenuhi. Namun yang perlu diperhatikan adalah penambangan batu mangan tidak boleh dilakuakan secara berlebihan, karena batu mangan adalah sumberdaya alam yang tidak dapat dilestarikan kembali. Batu mangan adalah sumberdaya alam yang akan habis terpakai bila dieksploitasi secara berlebihan. Tempat  penambangan batu mangan juga harus memiliki surat izin penambangan yang jelas agar penambangan itu selalu mendapat pengawasan dan bisa dipertanggung jawabkan sehingga tidak menimbulkan kerugian bagi banyak orang dan tidak muncul masalah-masalah lain. Penambangan batu mangan harus selalu diawasi dan dibatasi agar kandungan batu mangan di daerah kita ini tidak habis terpakai. Ini adalah masalah penting yang patut mendapat perhatian. Mengapa dikatakan penting? Hal itu karena, harga batu mangan saat ini masih sangat rendah. Dari waktu ke waktu harganya makin naik. Dan kita juga tidak tahu sampai kapan batas terakhir dari harga batu mangan. Jadi menurut hemat saya, kalau seandainya eksploitasi batu mangan ini dibatasi dan diawasi maka tentu kandungan batu mangan ini tidak akan cepat habis dalam waktu yang cukup lama. Dan dalam waktu yang cukup lama itu tentu harga batu mangan sudah sangat tinggi. Maka, dari sini jelaslah bahwa kita akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar dari yang sebelumnya bila kita dapat memanfaatkan cara ini. Namun ini bukanlah suatu keharusan yang patut dilakukan, tetapi suatu tawaran dan anjuran yang dinilai cukup baik dan bermanfaat untuk bisa dan diterapkan, karena membawa sesuatu yang lebih baik bila dibandingkan dengan cara lama yang dipakai. Dan kiranya hal ini mendapat pertimbangan-pertimbangan matang dari semua pihak yang terkait.

V.    Solusi yang ditawarkan.
Kita tahu bahwa negara kita adalah negara kepulauan yang memiliki berbagai macam sumber daya alam dan berbagai kekayaan alam lainnya yang sangat menguntungkan. Alam adalah satu-satunya kekayaan yang dapat membawa manusia kepada kesejahteraan  dan kebahagiaan hidup. Alam adalah aset berharga yang harus dijaga dan dipelihara sebaik mungkin sebab di dalamnya kita hidup dan darinya kita mendapat kemakmuran hidup. Dan kita tidak tahu entah sampai kapan alam selalu bersama dan menemani kita. Tapi kita mesti sepakat bahwa alam akan selalu ada dan bersama dengan kita. Namun apakah kita telah bertindak dan bersahabat dengan alam seperti ia sendiri bersahabat dengan kita dalam kurun waktu yang sangat lama ini? Inilah  yang harus direfleksikan.
Sebagai makhluk yang berakal budi, kita perlu melihat alam sebagai suatu anugerah Allah yang begitu indah bagi kita. Karena itu kita memiliki kewajiban penting untuk menjaga dan memelihara alam. Semua itu dapat terjadi kalau kita menyadari peran serta keberadaan alam yang begitu penting bagi hidup kita. Semua telah terjadi. Alam sekaranag telah, sedang dan akan hancur. Rakyat boleh berbangga dan berbahagia dengan hasil yang didapat dari alam. Namun perlu diingat bahwa kalau kita lupa akan merawat alam suatu saat kita akan “disakiti“ bahkan “dihancurkan“ oleh alam sendiri yang telah hancur akibat ulah kita. Karena itu kita perlu melakukan pembaharuan atas masalah ini. Untuk melakukan pembaharuan terhadap masalah ini, kita tidak perlu berpikir untuk melakukan suatu pekerjaan yang memakan biaya dan tenaga yang besar. Kita tidak perlu berpikir untuk melakukan suatu pekerjaan yang berat sekali. Cukuplah dengan melakukan hal-hal kecil yang berguna bagi semua orang. Kita perlu mulai dengan tindakan kecil dan praktis seperti membuat program kerja bakti, gerakan reboisasi, penataan kembali lahan tambang atau lahan galian yang telah digunakan sehingga dapat dipergunakan kembali sebagai tanah pertanian, mangambil hasil tambang secara berkala dan terkoordinir dan lain sebagainya. Ini adalah hal hal sederhana namun dipandang cukup berkualitas dan akan berhasil kalau dilakukan.
Semua ini memang baik, namun ada hal lain lagi yang menjadi dasar yaitu kepekaan kita terhadap masalah ini. Kepekaan akan mengangkat kita untuk bersemangat, menjaga dan melestarikan alam. Selain itu, ada hal-hal lain juga yang perlu diperhatikan antara lain:
·         Tanggung jawab.
Allah memberikan kepada kita alam yang indah dengan segala kekayaan dan hasil-hasilnya yang begitu berlimpah, agar kita dapat menggunakannya. Namun menggunakan disini tidak berarti kita memakainya sesuka hati dan menggunakannya sampai habis sesuai keinginan kita, melainkan menggunakannya secara bertanggung jawab. Alam telah diberikan Allah kepada kita. Karena itu, kita perlu mempertanggung jawabkan alam ini dengan melindungi dan merawatnya secara bijaksana sebagai ciptaan Allah.
·         Bersahabat dengan alam
Setelah kita bertanggung jawab atas alam ini, maka langkah berikut yang perlu dilakukan adalah menjadikan alam sebagai sahabat kita. Alam harus dijadikan sahabat dekat kita. Kita perlu bersahabat dengan alam karena alam merupakan sahabat manusia sejak permulaan penciptaan. Selain itu, alam perlu dijadikan sahabat sebab dari dan dalam dialah kita manusia dapat hidup. Sebagai sahabat, alam selalu memberikan kita segala yang kita butuhkan, alam selalu memahami dan melindungi kita manusia. Manusia dihadirkan dari alam begitupun sebalikya. Maka kita perlu menjaganya sebab alam ituu sendiri adalah bagian dari kita. Kalau kita menjadikan alam sebagai sahabat, maka alam pun akan bersahabat dengan kita.
·         Mencintai alam
Dalam bersahabat tentu ada tersirat makna cinta. Kalau kita telah bersahabat dengan alam, maka secara otomatis kita akan mencintai alam. Alam perlu dicintai sebab seperti yang telah disebut sebelumnya bahwa alam juga adalah ciptaan Allah. Dan sebagai ciptaan Allah, semuanya harus saling mencinta satu dengan yang lainnya. Dan mencintai alam harus dilakukan seperti kita mencintai diri kita sendiri karena alam itu juga adalah bagian dari diri kita.
·         Memulainya dari diri kita
Bersahabat dan mencintai alam tidak bisa ditunda-tunda. Jangan kita menunggu orang lain mencintai dan bersahabat dengan alam baru kita melakukannya, tetapi kitalah yang harus memulainya dahulu. Kita harus melakukannya dari diri kita dahulu, barulah mengikuti orang lain. Kita tidak hanya bisa berkampanye tentang akibat dari penambangan atau pengeksploitasian hasil alam yang berlebihan, sebab tidak ada faedahnya jika tidak disertai suatu kerja nyata. Kita harus menjadi panutan bagi orang lain. Kita harus dapat menjadi motivator pelestarian alam bagi sesama yang lain. Jangan menunggu, tetapi mulailah dari diri kita sendiri
·         Kemauan yang besar
Dalam konteks pemikiran saya, kalau kita mau berarti kita juga bersedia. Kalau kita bersedia maka kita tentu akan melakukan sesuatu. Dalam hubungannya denga pelestarian alam, kalau kita memiliki kemauan yang kuat untuk mejaga dan memelihara alam, maka tentu kita akan melakukan sesuatu yang berguna untuk mengatasi kehancuran alam itu. Dengan begitu kemauan sebenarnya menjadi akar dari suatu pekerjaan. Pekerjaan harus dilakukan dengan sungguh-sungguh. Kemauan juga menimbulkan kepedulian. Dengan peduli terhadap alam yang tiap hari menjadi semakin hancur, kita akan dapat merasakan juga kesedihan dan rintihan alam yang terjadi oleh karena ketamakan dan tangan-tangan jahat kita. Kita akan dapat melihat bagaimana rintihan kesakitan alam yang semakin kuat akibat keinginan kita yang besar akan kekayaan alam. Kita hanya mementingkan  “rupiah“ dari pada alam. Itulah yang ada dalam benak kita sekarang ini.
·         kebersamaan
Dari segi sosial, dapat dikatakan bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri. Ia harus selalu ada bersama orang lain. Dia membutuhkan orang lain. Dia tak dapat hidup tanpa yang lain. Begitu pula dalam hal pemeliharaan alam ini. Manusia senantiasa membutuhkan orang lain untuk dapat menjaga alam agar tidak hancur. Akan timbul banyak hal kalau  kita melakukan  kerja sama dengan orang lain. Saya ambil contoh misalnya kita melakukan kesepakatan bersama untuk melakukan penambangan atau penggalian mangan secara berkala dan terbatas sesuai kebutuhan. Selain itu kita juga membuat perjanjian untuk tidak menambang secara liar, dan tanah hasil gailan atau tambang itu kita jadikan kembali lahan pertanian dengan bekerja sama atau meminta bantuan dari pemerintah, misalnya, dan lain sebagainya. Usaha-usaha inilah yang kiranya dapat dipertimbangkan untuk dapat dipergunakan. Mengingat bahwa sekarang ini penambangan mangan menjadi semacam sorotan atau sasaran utama dari masyarakat Indonesia pada umumnya dan masyarakat NTT pada khususnya. Perlu diingat bahwa kita tidak boleh menunggu sampai ada bencana datang barulah kita lakukan tindakan prefentif (pencegahan). Namun kita perlu lakukan semua itu sebelum ada hal-hal lain yang  tidak diinginkan terjadi.

VI. Penutup
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa kita manusia diciptakan Allah secitra dengan-Nya. Maka dapat dikatakan manusia diciptakan untuk menjadi “wakil Allah”. Sebagai wakil Allah, maka kita diberi kuasa atas segala ciptaan lainnya. Dalam hal ini, maka alam semesta pun manjadi bagian dari penguasaan kita. Berkuasa atau menguasai disini bukan berarti melakukan seeanknya atau semana-mena terhadap seluruh ciptaan, tetapi lebih jauh dari itu, menjaga dan memelihara semua ciptaan. Menaklukan atau menguasai alam bukan berarti menguras atau mengisapnya sampai habis tetapi menjaga, merawat, memelihara, mengatur dan menyiasati alam demi kebahagiaan dan kesejahteraan kita dan ciptaan lainnya. Kita diberi tugas memelihara alam agar dapat dipergunakan dalam kurun waktu yang lama dan generasi kita nanti dapat menikmatinya juga. Alam semesta diciptakan bukan hanya bagi diri kita atau sekelompok orang tertentu yang memiliki sarana memadai atau kekuasaan, melainkan juga untuk semua makhluk hidup lainnya dan tentunya bagi generasi di masa mendatang. Karena itu seluruh tindakan kita dan segala perlakuan kita terhadap alam haruslah menampilkan suatu tanggung jawab yang benar dan kebijaksanaan yang baik bagi kepentingan dan masa depan generasi mendatang.
Kita perlu menyadari bahwa keberadaan alam sangat mempengaruhi hidup kita. Tanpa alam kita tidak mungkin dapat hidup dan berbahagia seperti sekarang ini. Kita juga berasal dari alam. Karena itu, kita dan alam memiliki suatu relasi yang dekat. Kita dan alam tidak dapat berpisah satu dengan yang lainnya. Kita adalah makhluk hidup yang hidup bersama makhluk ciptaan lain di dalam alam yang begitu indah dan mengagumkan. Namun perlu diingat bahwa kita bukanlah satu-satunya ciptaan yang berhak penuh atas semua ciptaan ini. Untuk itu, kita perlu membangun kebesamaan dan kesetiakawanan denga alam dan semua ciptaan lainnya. Kita tak bisa menguras kekayaan alam tanpa mempertimbangkan akibat bagi keberadaan, kelestarian dan keindahan ciptaan lain Cintailah alam maka alam akan mencintai kita. Berbuat baiklah pada alam supaya alam pun berbuat baik kepada kita. Jadikanlah alam sebagai saudara kita, supaya darinya kita bisa memperoleh kemakmuran dan alam pun tidak hancur.

Wardy kedy, fr

Komentar

Postingan Populer