SAYA,
adalah apa yang saya pikirkan...
PENGANTAR
Pengetahuan
adalah segala sesuatu yang ditangkap manusia mengenai objek sebagai hasil dari
proses mengetahui baik melalui indra maupun melalui akal. Jadi, segala sesuatu
yang saya lihat, saya rasakan, saya alami dan saya pikirkan membentuk
pengetahuan saya. Pengetahuan juga dapat diperoleh dari proses berpikir. Proses
berpikir itu merupakan kemampuan manusia dalam menggunakan akal untuk memahami
lingkungannya. Tanpa berpikir, manusia tidak bisa diakui keberadaannya, karena
pikiran itulah yang membedakan manusia dengan makhluk lain. Hal ini dikemukakan
oleh Filsuf modern Rene Descartes : “Cogito
ergo sum” (Saya Berpikir Maka Saya Ada). Keberadaan saya diakui karena saya
berpikir. Dari kemampuan berpikir inilah saya mampu mengembangkan pengetahuan. Dengan
berpikir, saya juga bisa mengenal orang lain, dunia sekitar dan diri saya
sendiri.
Sangat
mudah ketika saya melihat dan berpikir tetang sesuatu yang berada diluar diri
saya. Namun sangat sulit bagi saya untuk melihat dan berpikir tentang siapa
saya. Karena itu, saya perlu mengambil jarak dengan diri saya sendiri, supaya
dengan demikian, saya bisa mengenal lebih dalam tentang siapa saya sebenarnya.
Diawali dengan pertanyaan what do you
think? Apa yang anda pikirkan? Saya bisa memberikan jawaban yang bervariasi
sesuai situasi dan apa yang ada dalam pikiran saya. Kemampuan berpikir inilah
yang sangat ditekankan Psikolog Albert Bandura dalam mengembangkan teori belajar
sosial atau kognitif sosial. Dia adalah salah seorang behavioris yang menambahkan aspek kognitif terhadap aliran behaviorisme. Dia berpendapat bahwa manusia
pada hakekatnya adalah makhluk yang berpikir, sadar, merasa dan mengatur
tingkah lakunya sendiri. Kepribadian manusia berkembang dalam konteks sosial
dan interaksi antar satu sama lain. Baginya, perilaku manusia tidak saja
ditentukan oleh lingkungan, tetapi merupakan interaksi dari faktor personal
(kognisi), faktor lingkungan dan faktor perilaku. Dari pemikiran Bandura
inilah, saya akan coba melihat dan menggali diri saya lebih dalam.
PRIBADI
SAYA DALAM PANDANGAN ALBERT BANDURA
1. Teori Belajar Sosial (Modeling)
Bandura menekankan teori ini pada aspek kognitif.
Bagi Bandura, perilaku manusia itu dipengaruhi oleh pengalaman lingkungan
sekitar dan melalui pembelajaran sosial atau meniru (modeling). Proses
mengamati dan meniru perilaku dan sikap orang lain sebagai model merupakan
tindakan belajar.
Saya dibesarkan dalam lingkungan yang cukup tegas,
disiplin, penuh ketegangan dan memiliki suhu udara yang panas. Karena itu,
karakter saya juga sedikit ‘keras’. Sampai sekarang saya masih merasa sangat ‘kecil’ di mata orang tua dan keluarga. Mungkin
karena saya terlahir sebagai seorang anak bungsu. Namun, saya sadar bahwa saya
sangat membutuhkan mereka. Bahkan sampai saat ini, saya merasa tidak bisa hidup
tanpa kehadiran orang tua, kedua kakak dan keluarga besar saya. Apa yang saya
lihat dan amati dalam persepsi, kemudian saya simpan dalam memori dan saya
mengolahnya dengan konsep pemahaman yang sudah ada dalam kognisi saya, lalu
saya mulai bersikap. Perilaku yang saya tampilkan memberi motivasi bagi saya
sehingga saya menjadi lebih memahami lagi apa yang seharusnya saya lakukan ke
depan.
Secara biologis, saya memiliki golongan darah yang
sama persis dengan ayah. Karena itu, segala karakter dan sifat-sifatnya ada
dalam diri saya. Sejak kecil, saya banyak meniru dan mengikuti pola perilaku
dan gaya berpikir ayah. Dia adalah sosok yang sangat tenang, disiplin, penuh
perencanaan dan sangat berprinsip. Namun salah satu sifat negatifnya adalah mudah
marah yang tak terbendung. Ketika ada hal yang dia rasa kurang berkenan, dia
langsung marah. Karakter tenang, prinsipil dan disiplin dari ayah, saya tiru
selama saya sekolah. Hampir semua sifat dan karakter ayah itu saya tiru. Hanya sikap
mudah marah yang tidak saya ikuti. Saya memang bisa marah, tetapi saya masih
bisa menahan amarah dan masih bisa mengontrol diri. Dan itulah sifat dari ibu
saya. Saya meniru sifat ibu saya yang penuh sabar. Selain itu, saya juga meniru
salah satu karakter dari kedua kakak saya, yakni gaya berbicara. Mereka
memiliki kemampuan berkomunikasi yang sangat baik dengan orang lain. Dan karena
itu, saya juga meniru apa yang dibuat mereka.
Dari sikap meniru itu, maka tepatlah apa yang
dikatakan Bandura bahwa sejak dilahirkan saya sudah pasti akan berhubungan
dengan orang lain. Perkembangan kepribadian saya sangat dipengaruhi oleh
lingkungan. Perilaku yang nampak merupakan hasil dari modelling atau tiruan dari apa yang saya lihat, persepsikan dan
saya lakukan. Walau demikian, semua yang ditiru itu tidak sepenuhnya saya
ikuti. Masih ada hal-hal lain yang ada dalam diri dan pikiran saya, yang saya
gunakan sebagai bahan pertimbangan dalam bersikap. Dari sini, jelaslah bahwa
perkembangan kepribadian merupakan hasil interaksi timbal balik yang terjadi
terus menerus antara faktor internal, seperti kognisi, persepsi dengan faktor
eksternal yakni lingkungan.
2. Efikasi Diri (Self Efficacy)
Efikasi diri merupakan komponen inti dari self system. Yang dimaksud sistem diri
di sini bukanlah faktor psikis yang mengontrol tingkah laku, tapi merujuk pada
struktur kognisi sehingga merancang fungsi persepsi, evaluasi dan regulasi
diri. Efikasi diri merupakan keyakinan diri terhadap kemampuan diri sendiri
untuk mengatasi dan menghadapi persoalan serta menampilkan tingkah laku yang
akan mengarah pada hasil yang diharapkan.
Dengan sadar, saya yakin bahwa saya memiliki efikasi
diri yang cukup tinggi. Sejak mengenyam pendidikan di SMP & SMA, saya punya
mimpi besar untuk menjadi pemimpin. Dengan keyakinan penuh, saya percaya bahwa
saya bisa mencapai apa yang saya inginkan. Saya merasa bahwa saya bisa menjadi
pemimpin untuk teman-teman lain. Dan cita-cita itu tercapai, ketika saya
terpilih menjadi Ketua OSIS di SMP dan juga SMA. Saya bangga dan bahagia karena
bisa memimpin teman-teman di sekolah. Selain itu, ketika kuliah, saya juga
pernah menjadi Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Filsafat UNWIRA. Di situ, jiwa
dan semangat kepemimpinan saya berkembang karena bisa berorganisasi dan saya
selalu mengikuti berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh Fakultas maupun
Universitas.
Saya tak pernah ragu sedikit pun dengan kemampuan
yang ada dalam diri saya. Walau banyak tantangan, namun dengan sikap tenang,
disiplin dan efikasi diri yang saya miliki, saya mampu mengatasinya. Saya
selalu berhasil menunjukkan sikap yang bijak manakala ada persoalan yang
dihadapi. Ketika saya yakin dengan kemampuan yang dimiliki, saya merasa bahwa
saya bisa melakukan apa saja. Walau demikian, saya tidak berambisi untuk
mengausai orang lain. Saya tetap rendah hati dan selalu mengedepankan
kepentingan umum di atas kepentingan pribadi saya sendiri.
3. Regulasi Diri (Self Regulation)
Setiap individu memiliki kemampuan untuk berpikir
dan dengan kemampuan itu individu dapat memanipulasi lingkungan sehingga
terjadi perubahan pada perilakunya. Apa yang ada di lingkungan tidak secara
langsung mempengari perilaku individu. Setiap orang memiliki kemampuan untuk
mengatur diri secara baik sehingga bisa memperoleh apa yang diinginkan.
Cara meregulasi diri saya adalah dengan menciptakan
kreativitas. Bagi saya, diri yang kreatif adalah faktor yang sangat penting
dalam kepribadian individu, sebab hal ini dipandang sebagai penggerak semua
tingkah laku. Ketika ada hal baik yang saya peroleh dari luar diri, maka
perilaku saya meningkat. Saya dapat mengatur diri saya menjadi lebih baik lagi
sehingga bisa mendapat lebih dari apa yang diinginkan. Inilah faktor eksternal yang
mempengaruhi regulasi diri saya.
Selain faktor eksternal, sebenarnya saya juga
memiliki faktor internal yang mempengaruhi regulasi diri. Faktor internal itu
antara lain, gaya berpikir, prinsip yang saya peroleh dari hasil meniru,
keyakinan diri yang saya miliki serta persepsi yang saya lakukan. Apa yang saya lakukan, selalu dinilai dan dievaluasi.
Ketika perilaku saya menunjukkan hal positif bagi orang lain, saya akan terus
meningkatkannya lagi. Namun ketika perilaku saya menjadi momok bagi banyak
orang, disaat itulah saya akan mengevaluasi diri dan mulai mengatur diri secara
baik lagi agar bisa membawa manfaat dan pengaruh besar bagi orang lain yang
saya temui.
Sampai saat ini, saya masih terus berusaha mengatur
diri saya agar bisa berhasil dalam studi. Bagi saya, meregulasi diri tidak
mudah. Butuh kedisiplinan tinggi agar tetap konsisten. Saya selalu berjuang
mengatur pola tingkah laku supaya bisa cepat selesai dalam studi. Di kamar,
saya memiliki jadwal kegiatan yang saya buat sendiri untuk menuntun perilaku
saya setiap hari. Dengan berpedoman pada scedule
harian itu, saya selalu berjalan pada koridor yang sesuai. Semua itu saya
lakukan hanya untuk satu tujuan, yakni ingin menjadi pribadi yang berkarakter,
berkualitas dan berpengetahuan yang memadai. Saya percaya, lewat regulasi diri
yang baik, tujuan, masa depan dan harapan bisa terwujud.
CATATAN
AKHIR
Perkembangan
kepribadian diri saya, melalui proses imitasi,
efikasi diri dan regulasi diri, akan berdampak positif bagi diri saya
sendiri dan orang lain. Belajar dari teori di atas, saya melihat bahwa
realisasi diri dan pembentukan kepribadian sangat dipengaruhi oleh lingkungan
keluarga, lingkungan sosial dan kebudayaan yang melingkari saya. Terlepas dari
itu semua, sebenarnya diri saya adalah inti yang memberikan dampak besar dalam
perkembangan ke depan. Interaksi yang berkesinambungan antara faktor internal
dan eksternal menjadi penentu perilaku saya. Apa yang saya pikirkan dalam
kognisi, bagaimana perilaku saya dan lingkungan di sekitar saya merupakan
instrumen inti pembentuk kepribadian. Tiga unsur ini perlu disadari setiap
orang agar bisa berkembang menjadi pribadi yang sehat.
Saya
memiliki cita-cita dan mimpi besar yang ingin diraih. Persis dalam kesadaran
itu, saya harus bersikap realistis. Keterbatasan prinsip dalam merealisasikan
diri secara sempurna adalah kenyataan yang mesti saya terima secara wajar.
Kerendahan hati adalah sikap yang sangat cocok untuk menerima semua itu. Dengan
demikian, saya dapat menerima diri dan dapat berbuat banyak hal untuk kebaikan
bersama yang nilainya sangat abadi (eternal
values).
Komentar