Burnout Para Tenaga Medis


Karena kami juga manusia...
‘Lelah memang, tapi kami harus terus bekerja, itulah tanggung jawab’. Demikian secuil kalimat yang dilontarkan salah seorang tanaga medis (perawat) ketika ditanya soal apa yang dialami selama menghadapi problematika virus corona. Sampai saat ini, perkembangan kasus virus corona tak kunjung usai. Bahkan setiap hari, beragam informasi terkait jumlah pasien yang positif corona terus bertambah. Kita tak bisa menutup mata soal ini, karena memang Covid-19 adalah pandemi global di dunia pada umumnya dan di Indonesia pada khususnya. Dengan terus bertambahnya kasus setiap hari, para tenaga medis di sejumlah Rumah Sakit pun harus bekerja ekstra. Mau tidak mau, mereka harus berjuang melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang telah disumpah sesuai dengan standar pelayanan, standar profesi, standar prosedur operasional (SOP) dan peraturan perundang-undangan terkait lainnya.
Pelayanan dan penanganan bagi semua orang, baik yang masih berstatus ODP, PDP ataupun bagi yang sudah positif corona, menjadi prioritas utama para tenaga medis yang tidak bisa ditinggalkan apalagi disepelehkan. Akibatnya, kelelahan pun tak terelakkan. Walau demikian, atas nama kemanusiaan mereka tidak bisa melepas tanggung jawabnya begitu saja. Hal utama yang menjadi prioritas adalah kesehatan dan keselamatan banyak orang. Itulah sebabnya, kalau kita cermati di berbagai media sosial, banyak caption dan himbauan dari para tenaga medis bagi seluruh masyarakat agar taat mengikuti instruksi Pemerintah untuk tetap tinggal di rumah dan hindari keramaian. Semua itu bukan untuk keselamatan mereka saja, tapi untuk kebaikan bersama. Memang banyak yang melaksanakan himbauan itu, namun tak bisa dipungkir bahwa masih banyak juga masyarakat kita yang tidak mengindahkannya dan menganggapnya biasa-biasa saja.
Kalau dicermati, pandemi Covid-19 telah memberikan efek yang luar biasa besar bagi seluruh sendi kehidupan, dan yang paling mendapat pengaruh adalah para tenaga medis. Mengapa? Karena adanya persoalan virus corona menjadikan tenaga medis sebagai garda terdepan dalam upaya pencegahan, perawatan dan pengobatan. Oleh karena mereka yang berada paling depan, maka tugas mereka adalah yang paling sulit dan berat. Risikonya pun tidak main-main, nyawa menjadi taruhan. Belum lagi, kita melihat bahwa APD sangat terbatas, padahal kita tahu bahwa para tenaga medis sangat membutuhkannya. Inilah beban tugas yang tidak bisa dianggap remeh oleh siapapun. Dengan semakin masifnya jumlah pasien terinveksi virus corona, beban baru kini mulai mempengaruhi kinerja tenaga medis dalam kesehariannya. Menilik fakta yang ada sekarang, para tenaga medis yang bertugas menangani pasien virus corona berpotensi mengalami stres/tekanan karena tuntutan pekerjaan yang overload, seperti memberikan pelayanan keperawatan pada pasien, baik untuk kesembuhan ataupun pemulihan status fisik dan mentalnya, memberikan pelayanan lain bagi kenyamanan dan keamanan pasien seperti penataan tempat tidur dan lain-lain, melakukan tugas-tugas administratif, dan lain sebagainya. Apabila keadaan seperti ini berlangsung lama dan terus-menerus, maka sudah tentu para tenaga medis akan mengalami kelelahan fisik, emosi, dan mental. Inilah dikenal dengan gejala burnout (kelelahan kerja).
Karena sifat alamiah dari pekerjaan dan tanggung jawab yang diembannya, maka sudah bisa dipastikan para tenaga medis berisiko mengalami burnout paling besar. Burnout (kelelahan kerja) merupakan respon aktif terhadap beban kerja dan stres yang terus-menerus terjadi di tempat kerja, di mana hasilnya merupakan perpaduan antara pekerja dan pekerjaannya (Papalia, 2007). Burnout sendiri terdiri dari tiga komponen, yaitu kelelahan emosional (emotional exhaustion), depersonalisasi (depersonalization), serta perasaan rendah diri (feeling of low personal accomplishment). Ketiga komponen inilah yang digunakan sebagai instrumen dan indikator dalam menilai burnout.
Terdapat cukup banyak faktor yang mempengaruhi burnout tenaga medis. Namun untuk situasi saat ini bisa disimpulkan setidaknya terdapat dua faktor yakni faktor pekerjaan dan karakterisitik individu. Faktor pekerjaan yang mempengaruhi burnout tenaga medis yakni beban kerja yang berlebih, waktu kerja yang lama, pilihan spesialisasi, panggilan tugas yang terlalu sering, dokumentasi komprehensif dalam rekam medis elektronik, risiko tuntutan malpraktek, hingga metode yang digunakan tenaga medis untuk mengahadapi kematian atau penyakit pasien. Hal lain lagi yakni, rendahnya pengendalian terhadap lingkungan kerja, penggunaan waktu yang tidak efisien akibat masalah administratif, serta hilangnya dukungan dari sejawat merupakan beberapa faktor terkait pekerjaan yang menyebabkan burnout pada tenaga medis. Selain itu, faktor yang terkait dengan karakteristik individu antara lain, mekanisme koping yang kurang bermanfaat, kurangnya waktu istirahat, komitmen berlebih, sikap perfeksionis dan terlalu idealis, serta kurangnya dukungan di luar lingkungan kerja, semisal keluarga.
Burnout merupakan masalah kesehatan kerja dan produktivitas kerja dengan prevalensi kejadian yang terus meningkat sehingga memerlukan perhatian serius dari para pemangku kepentingan. Sangat jelas bahwa dalam kasus besar saat ini, para tenaga medis yang menjadi ‘tentara perang’ di garda terdepan, perlu mendapat perhatian serius dari semua pihak, baik itu Pemerintah maupun segenap elemen masyarakat. Harus diakui bahwa para tenaga medis yang mengalami burnout biasanya memiliki gejala psikosomatik (kelelahan dan insomnia), masalah emosional (cemas dan depresi), masalah sikap (permusuhan, apatis, tidak percaya) dan masalah perilaku (agresivitas, lekas marah dan isolasi). Kita harus sadar bahwa para tenaga medis juga memiliki perasaan yang sama seperti kita ketika mengadapi persoalan virus corona ini. Rasa takut, cemas, khawatir, kelelahan dan berbagai perasaan gelisah lainnya juga ada dalam diri mereka. Hanya saja, dengan mengatas-namakan kepentingan umum dan rasa kemanusiaan, maka tanggung jawab mereka tidak bisa ditinggalkan. Mereka selalu berjuang melakukan yang terbaik demi kemaslahatan kita semua. Para tenaga medis pun sadar bahwa mereka juga memiliki kekurangan dalam melaksanakan tugas akibat kelalaian dan kesalahan atau medical accidents yang menyebabkan pasien cacat, bahkan meninggal dunia setelah ditangani, meskipun mereka telah melakukan tugasnya sesuai dengan standar profesi atau Standard Operating Procedure (SOP) dan/atau standar pelayanan medik yang baik. Inilah permasalah yang kadang tidak kita sadari. Saat ini, tanggung jawab besar sedang berada di pundak para tenaga medis. Dunia sekarang sedang menggantungkan harapan pada mereka agar semua pasien bisa ditangani dengan baik. Karena itu, dukungan sosial, juga dukungan moril dan materil harus diberikan oleh kita semua. Berilah apresiasi kepada para tenaga medis atas jasa dan pelayanan mereka yang sudah dilakukan. Kiranya dukungan yang kita berikan dapat menyemangati para tenaga medis sehingga mampu memerangi penyebaran virus corona. Mari satukan tekad, kita jalan bersama menyelesaikan persoalan ini. Together we can!

Emirensiana Watu, S.Kep, Ns. M.Kep
Alumni Magister Kedokteran, Kesehatan Masyarakat & Keperawatan UGM


Komentar

Postingan Populer