Self Acceptance Peserta CPNS

Sebuah Harapan yang (sudah/belum) Tercapai

Hampir tiap tahun, pemerintah membuka formasi perekrutan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) terutama untuk pelamar umum. Secara mendasar, perekrutan CPNS diadakan untuk mengisi jabatan yang kosong di berbagai instansi. Dengan adanya penerimaan ini, banyak masyarakat tergerak untuk menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN). Niat mulia tersebut tidak terlepas dari beragam faktor yang mempengaruhi setiap individu/peserta CPNS (baik yang baru lulus kuliah maupun yang sudah lama bekerja sebagai tenaga honor dan/atau kontrak). Ketersediaan pegawai yang cukup akan menunjang kinerja birokrasi pemerintah. Baik buruknya suatu pemerintahan tergantung pada kinerja mesin birokrasi sebagai penyelenggara pemerintahan. Sementara itu, birokrasi pemerintah sangat bergantung pada ASN sebagai aparatur penyelenggara pemerintah. Birokrasi yang baik sudah tentu membutuhkan sosok ASN yang profesional, mempunyai sikap dan perilaku yang jujur, taat, disiplin, dan berintegritas. Disamping itu, para ASN harus bermental baik, akuntabel dan memiliki kesadaran tinggi terhadap tanggung jawab sebagai pelayan publik.
Harus disadari bahwa penyelenggaraan rekrutmen CPNS belum terbebas dari berbagai permasalahan. Dalam prakteknya problematika rekrutmen dan seleksi CPNS seolah tak pernah usai padahal berbagai perbaikan telah dilakukan. Walaupun pelaksanaan rekrutmen dan seleksi CPNS dilakukan dari tahun ke tahun, tetap saja dinilai kurang memuaskan berbagai pihak. Demikian pula dalam penentuan calon-calon yang lolos tes seleksi, masih didapat instansi yang keputusannya kadang ‘dipolitisasi’ meskipun sudah bekerja sama dengan perguruan tinggi sebagai lembaga independen dalam melaksanakan ujian dan pengoreksian hasilnya. Masalah lain yang ditemui dalam proses rekrutmen dan seleksi adalah banyak formasi yang dinilai tidak sesuai dengan kebutuhan; inkonsistensi antara kuota formasi awal dengan pengumuman hasil seleksi, serta adanya kontradiksi pelaksanaan kebijakan pengangkatan tenaga honorer/kontrak.
Adalah suatu kabar sukacita bagi para pencari kerja ketika tersiar kabar akan adanya proses seleksi dan rekrutmen CPNS dari pemerintah. Siapa sangka, dari jumlah formasi yang dibuka, ternyata jumlah pelamar membludak. Ini menjadi salah satu indikator bahwa antusias para peserta/pelamar sangat tinggi. Dibalik antusiasme tersebut, terbesit harapan yang besar akan tercapainya apa yang dikehendaki. Akan tetapi, harus diakui bahwa untuk lulus dan berhasil menjadi ASN, diperlukan usaha, kerja keras, dan sikap besar hati terhadap hasil yang diperoleh. Bahkan ada yang sampai rela mengantri dan kepanasan untuk menunggu seleksi administratif yang berjalan setiap ada lowongan CPNS dimasing-masing instansi pemerintah. Bahkan ada juga peserta yang menghalalkan segala cara demi mendapatkan predikat ASN dengan menggunakan ‘calo bayaran’ sampai membawa jimat (guna-guna) pada saat SKD. Fakta ini tak dapat kita tampik dan perlu adanya perhatian serius dari berbagai elemen. Terlepas dari itu semua, saya perlu memberikan apresiasi kepada Pemerintah (dalam hal ini Kemenpan-RB, BKN, dan BKD) yang sudah melaksanakan proses seleksi tahun ini dengan lancar. Setidaknya, proses seleksi kali ini bisa dikata sedikit lebih baik dari tahun sebelumnya.
 Pengumuman hasil Seleksi Kompetensi Dasar (SKD) bagi peserta CPNS tahun ini sudah dilakukan pada 22-23 Maret 2020. Dari data yang ada, diketahui bahwa pada tahap SKD, terdapat cukup banyak peserta yang lolos atau mencapai passing grade (nilai ambang batas) yang ditetapkan. Hal ini merupakan kabar baik yang bisa dijadikan tolok ukur serta bahan evaluasi bagi Pemerintah untuk perekrutan selanjutnya. Keberhasilam banyak peserta yang lolos passing grade tidak terlepas dari usaha dan perjuangan mereka. Pelbagai persiapan diri dan mental sudah dilakukan para peserta, dan ketika hasil (sementara) diumumkan sesaat setelah proses SKD dilaksanakan, disitu muncul banyak perasaan yang keluar dari dalam diri setiap peserta. Ada harapan yang sudah dan belum tercapai, tergambar dari urutan nama dan jumlah nilai yang dipampang. Dinamika psikologis dalam diri peserta terlihat begitu jelas dari ekspresi haru-bahagia ketika SKD selesai dilaksanakan. Sekalipun banyak peserta yang lolos, akan tetapi banyak juga diantara mereka yang harus menerima dengan jiwa besar bahwa mereka tidak bisa lanjut ke tahap berikut, dikarenakan jumlah kebutuhan formasi yang terbatas dan sistem perangkingan yang membuat mereka belum bisa melaju ke tahap Seleksi Kompetensi Bidang (SKB). Menerima hasil dengan jiwa besar, kesabaran, dan sportifitas tinggi, merupakan beberapa ciri khusus dari self acceptance (penerimaan diri).
Dalam ranah psikologi, penerimaan diri adalah suatu tingkatan kesadaran individu tentang karakteristik pribadinya dan adanya kemauan untuk berjuang dengan keadaan tersebut (Pannes dalam Hurlock, 1973). Individu dengan penerimaan diri merasa bahwa karakteristik tertentu yang dimiliki adalah bagian diri yang tidak terpisahkan, yang selanjutnya dihayati sebagai anugerah. Penerimaan diri adalah suatu keadaan dimana individu memiliki keyakinan akan karakteristik dirinya, serta mampu dan mau untuk hidup dengan keadaan tersebut. Jadi, individu dengan penerimaan diri memiliki penilaian yang realistis tentang potensi yang dimiliknya, segala apa yang ada pada dirinya dirasakan sebagai sesuatu yang menyenangkan, sehingga individu tersebut memiliki keinginan untuk terus berjuang dan dapat menikmati kehidupan. Para pemikir lain; Sartain dkk (1973), Hurlock (1974), dan Skinner (1977) berpendapat bahwa penerimaan diri adalah keinginan untuk memandang diri seperti adanya, dan mengenali diri sebagaimana adanya. Ini tidak berarti kurangnya ambisi karena masih adanya keinginan-keinginan untuk meningkatkan diri, tetapi tetap menyadari bagaimana dirinya saat ini. Dengan kata lain, kemampuan untuk hidup dengan segala kelebihan dan kekurangan diri ini tidak berarti bahwa peserta CPNS tersebut akan menerima begitu saja keadaannya, karena mereka tetap berusaha untuk terus mengembangkan diri dan berjuang. Para peserta dengan penerimaan diri yang baik akan mengetahui segala kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya, dan mampu mengelolanya secara bijak.
Oleh sebab itu, para peserta CPNS haruslah memiliki kesadaran diri yang tinggi akan kemampuan dan potensi yang dimiliki. Kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda. Dengan penerimaan diri yang tinggi, maka para peserta yang belum lolos, haruslah berjiwa besar dan tetap bersemangat dalam berinovasi. Kegagalan kiranya menjadi pelajaran baik untuk terus berkarya dengan menciptakan lapangan kerja sendiri sehingga keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki tidak mati. Sedang, untuk peserta yang sudah lolos ke tahap selanjutnya, kiranya penerimaan diri juga dapat menjadi pegangan agar tidak terbuai dan lengah di perjuangan dan kompetisi selanjutnya. Semangat penerimaan diri dari para peserta CPNS baik yang sudah lolos maupun yang belum, kiranya menjadi sumber penyemangat dalam proses berkarya ke depan. Selamat untuk para peserta CPNS yang telah ‘bertarung’ dalam Seleksi Kompetensi Dasar. Salam sukses untuk semua.


Komentar

Postingan Populer